Hari ini tepat 21 Jan 2011 adalah sebagai HUT Kota samarinda, Bapak Walikota dan wakil Walikota Samarinda beserta staff PEMKOT Samarinda, berkenan Sholat Berjamaah di Masjid Tertua ini.
Masjid Shirathal Mustaqiem yang didirikan pada tahun 1881 oleh Sayyid Abdurrahman Bin Muhammad Assegaf atau dikenal sebagai Pangeran Bendahara, Kapitan Jaya, Petta Loloncong dan Usulonna. Sejarah masjid Shirathal Mustaqiem, nyaris setua usia Samarinda.Setelah masuknya Islam lewat syiar Islam yang dikenalkan pedagang dari Sulawesi Selatan (Sulsel), tak lama setelah itu, sebuah masjid didirikan di pusat berdirinya Samarinda, yang dikenal pula sebagai kampung dagang di dekat Pelabuhan atau Jembatan Aji hilir Sungai Mahakam, Samarinda Seberang.
Sejarah Panjang Pendirian Masjid Shiratal Mustaqiem
Samarinda seberang, dekat Pelabuhan atau Jembatan Aji ada sebidang tanah yang pada siang hari dipakai warga menyabung ayam, malamnya jadi arena judi dadu, Pangeran Bendahara sebagai Kepala Adat dan Agama berunding dengan tokoh masyarakat mencari jalan keluar atas kondisi dimaksud, dan akhirnya disepakati dilakosi tersebut didirikan sebuah masjid sebagai sarana dan dakwah islamiyah kala itu. Pada tahun 1881 dimulailah pembangunan masjid dengan pemancangan 4 tiang utama (soko guru) yang merupakan sumbangan dari tokoh adat kala itu, 1 tiang utama dari Kapitan Jaya didatangkan dari loa Haur (Gunung Lipan), 1 tiang utama dari Pengeran Bendahara didatangkan dari Gunung Dondang, Samboja, 1 tiang utama dari Petta Loloncang Gunung Salo Tireng (Sungai Tiram) dan 1 tiang utama lainnya dari didatangkan dari Suangai Karang. Pembangunan masjid memakan waktu cukup lama yaitu 10 tahun tepatnya tanggal 27 Rajab 1311 H atau tahun 1891 Masehi pembangunan masjid selesai. Diresmikan oleh Imam Pertama masjid yaitu Sultan Kutai Adji Mohammad Sulaiman. Kehidupan masyarakat yang Islami dan kemegahan Masjid Shirathal Mustaqiem kala itu mampu menarik perhatian Saudagar Belanja Henry Dasen yang menghantarkan masuk Islam pada tahun 1901 dan beliau menyisihkan kekayaanya untuk membangun menara masjid yang berbentuk segi delapan bersusun 4 lantai dengan tinggi 21 meter. Berturut pembangunan masjid dilakukan tahun 1970, 1989 hingga 2001 tanpa merubah bentuk tapi menambah fasilitas prasarana masjid misalkan tempat wudhu, rumah kaum, perpustakaan, sekretariat Irma dan taman masjid. Areal masjid yang mempunyai luas 2.028 M2 dan memiliki bangunan masjid dengan ruang utama 418,18 M2, Ruang serambi depan 125,56 M2, dan Ruang serambi kanan kiri 174,58 M2
Hingga kini masjid tua ini tetap penuh pesona dan mempunyai daya tarik tersendiri, khususnya pada Ramadan maupun Idul Fitri. Masjid ini terletak di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Masjid, kecamatan Samarinda Seberang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.
Selain kegiatan peribadatan, masjid yang pernah meraih juara dua festival masjid bersejarah ini memiliki fungsi pendidikan melalui sarana belajar membaca dan mengaji Al-Quran.
Pada tahun 1952 didirikan sekolah madrasah dan tahun 1972 didirikan pula SMP Hasanuddin. Tahun 1956 ayah mantan Walikota Samarinda Achmad Amins, H Saharuddin Mappe pernah menjadi guru Agama di Madrasah Dinil Islamiyah (MDI) ini. MDI ini mengajarkan berbagai mata pelajaran yakni ilmu tauhid, fiqhi, bahasa Arab dan ilmu-ilmu yang bernuansa Islam.
Berbagai SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar